Terlalu banyak hal yang telah dilalui. Terlalu
banyak cerita yang tersimpan. Terlalu banyak pikiran yang terlintas. Dan
terlalu banyak hal yang tidak mungkin diungkapkan secara gamblang.
Bukan, bukan aku tidak menulis selama
ini. Draft satu folderpun penuh dengan berbagai file tulisan. Tapi aku lebih
memilih untuk menyimpannya sendiri. Membacanya berulang kali. Dan kemudian hanya berujung meratapi layar putih dalam laptopku .
Malam ini (walaupun ku memulainya pukul
tiga dini hari dan masih belum tahu akan selesai pukul berapa) aku kembali. Bukan untuk berbagi semua yang
ku lalui. Air mata, tawa, sedih, bahagia, beberapa hal cukup aku simpan dalam
memoriku sendiri (mungkin dengan beberapa orang yang terlibat di dalamnya). Malam
ini, akan ku mulai mengenai perasaanku. Mengenai Dia yang selalu menjadi subjek
dalam cerita. Dan mengenai Dia yang pernah menjadi subjek dalam masa laluku.
Sedikit cerita, subjek Dia yang biasanya
menjadi topik dalam tulisanku, (semoga benar) telah ku relakan. Aku tidak
menyesali air mataku yang telah keluar kali itu. Dua kali dalam satu hari
dengan interval waktu tidak berbeda jauh. Hari itu akhirnya aku meluapkan air
mata untuknya pertama kali. Dan untuk terakhir kali aku mengucap namanya dalam
doa. Bukan berarti ia berhenti menghantuiku. Tak jarang, bahkan hampir tak
pernah ia absen dalam mimpiku hingga kemarin malam.
Kemudian subjek kedua yang pernah ku
sebutkan dalam cerita. Dia yang menyumbangkan sebagian (mungkin cukup banyak
dalam kurun waktu hampir tiga tahun) memori tentang masa lalu. Beberapa kali ku
sempatkan untuk menengok tautan internet yang dapat memunculkan info tentangmu.
Dan aku tahu kini kau sedang bahagia dengannya. Namamu tak lupa ku sebut dalam
doa, semoga (setidaknya kini) kau terus berbahagia.
Pelajaran hidup ku dapakan secara sederhana.
Dari sebuah buku yang pernah ia tunjukkan kepadaku, yang sebelumnya telah aku ketahui
namun belum sempat diriku untuk membacanya. Hingga akhirnya kesempatan itu
muncul.
Mengutip dari novel itu;
“Dalam kasus tertentu cinta sejati adalah
melepaskan. Semakin sejati perasaan itu, maka semakin tulus kau melepaskannya.
Lepaskanlah, apabila ia adalah cinta sejatimu, dia pasti akan kembali dengan
cara mengagumkan.Ada saja takdir hebat yang tercipta untuk kita. Jika dia tidak
kembali, maka sederhana jadinya, dia bukan cinta sejatimu.
Tidak mengapa patah
hati, ataupun kecewa karena harapan, keinginan memiliki, tapi jangan
berlebihan. Cinta yang baik selalu mengajari untuk menjaga diri. Jika harapan
dan keinginan memiliki itu belum tergapai, belum terwujud, maka teruslah
memperbaiki diri sendiri. Sibukkan dengan belajar. Sekali kau bisa
mengendalikan harapan dan keinginan memiliki, maka sebesar apapun wujud
kehilangan, kau akan siap menghadapinya.
Selain itu, biarkan
waktu mengobati seluruh kesedihan. Ketika kita tidak tahu mau melakukan
apalagi, ketika kita merasa semua sudah hilang, musnah, habis sudah. Maka
itulah saatnya membiarkan waktu menjadi obat terbaik. Hari demi hari akan
menghapus selembar demi selembar kesedihan. Minggu demi minggu akan melepas
sepapan demi sepapan kegelisahan. Bulan, tahun, maka rontok sudahlah bangunan
kesedihan di dalam hati.”
Aku rasa semua orangpun pasti akan
tersadar. Semua orang pasti akan tahu. Namun tidak semua orang berani
mengimplementasikan itu dalam hidupnya. Atau mungkin bingung bagaimana caranya.
Sering kita dengar “sebuah kata mudah
dikatakan namun sulit dilakukan”, dan saya mengakui itu. Namun untukku,
kuncinya ialah kemauan, keberanian, dan harapan baru.
Jika
ingin dirunut satu persatu unsur dari kalimat kutipan panjang itu, banyak hal
penting yang bisa kita ketahui di dalamnya. Bukan berarti kalimat itulah yang
mutlak benar adanya. Pun dalam kalimat itu, memberi celah kepada kita. “Dalam kasus tertentu”. Bukankan itu bisa
menggambarkan bahwa hal itu merupakan
sesuatu yang kasuistis. Dan dalam kasusku, yang telah digariskan oleh-Nya,
terasa cocok dengan hal itu. Tapi tidak menutup untuk hal lain yang mungkin
dimiliki oleh masing-masing pribadi.
Setidaknya, hingga malam ini aku dapat
mengambil kesimpulan. Tuhan tidak mempertemukan kita tanpa merencanakan
sesuatu. Aku belajar banyak darimu, bahkan dari diam mu. Tapi hingga sekarang
mungkin sekedar untuk itu. Terima kasih :)
No comments:
Post a Comment