Sunday 19 October 2014

Kejutan.

Tetes air itu kembali membasahi. Untuk kali pertama setelah sekian lama ia tidak pernah hadir. Akhirnya menetes menghiasi sunyinya malam yang ku rasakan.
Hanya dengan satu lontaran pertanyaan, pun yang berasal dari diriku, membuat malam ini mendadak menjadi kelabu. Setidaknya untukku.
Aku tak mengerti, rasa egoisku malam ini muncul secara tiba-tiba. Mungkin karena aku mulai meredam hal itu sedari lama. Tapi malam ini berbeda, dan aku tidak ingin menutupinya.
Satu kenyataan yang ketika ku tahu entah mengapa terasa.....akupun tak tahu bagaimana ku bisa mendeskripsikannya. Hal ini tentang kamu, yang berasal dari masa lalu. Dan aku yang selalu mencoba mencari tahu. Aku tahu malam ini salah bila ku membandingkan kehidupanku yang dulu dan apa yang sedang ku jalani. Awalnya ku berpikir apakah memang berbeda, karena kamu salah satu pemeran utama yang sungguh terlibat didalamnya (dulu), sekarang (dan sejak dulu) telah terpisahkan. Mungkin dulu kita dipisahkah hanya oleh jarak. Hanya? Mungkin juga tidak dapat dikatakan sebagai hanya. Ya jarak. Jarak yang sangat jauh, 5.861 km. Namun sekarang kita juga dipisahkan oleh kenyataan. Dipisahkan oleh keharusan. Dan pikiran itu tetiba muncul, aku merasa, ya hanya perasaanku, hidupku sangatlah berbeda dan mungkin aku masih belum bisa menyesuaikannya. Hingga akhirnya ku putuskan, setelah tepat satu bulan sejak terakhir aku mendapat pesanmu yang sungguh menyakitkan, untuk mencari tahu tentang dirimu lagi. Kemudian aku menemukan sebuah kenyataan bahwa mungkin kamu telah bahagia. Tapi bukan seperti yang dulu kita rancang sedemikian rupa. Melainkan kebahagian yang mungkin telah kau rancang baru dengan orang yang berbeda.
Egois? YA. Aku mengakui hal itu. Disini aku juga memiliki perasaan dengan seseorang yang entah ku tak tahu bagaimana perasaannya. Dan aku yakin yang aku rasakan bukan hanya sekedar rasa biasa. Tapi, malam ini, setelah ku mengetahui kenyataan itu, diriku mencari-cari dimana rasa yang pernah ada untukmu. Aku yang mencari rasa pahit itu. Ketika pikiran tidak langsung memberikan respon terhadap perasaanku. Akulah yang mencari-cari perasaan itu. Bodoh? Ya. Karena aku merasa memang seharusnya ada rasa sakit diantara rasa-rasa baru yang sudah timbul. Setidaknya rasa kecewa dalam diriku. Dan aku menemukannya.  
Kamu, kisah indah selama tiga tahun lalu yang sempat hadir dalam kehidupanku, berhasil membuatku mengeluarkan rasa egoisku untuk malam ini. Kamu berhasil membuatku memembasahi sekitar pelupuk mataku. Kamu berhasil membuatku teringat kembali.
Bukan, cerita ini bukan tentang kita lagi. Cerita ini hanya tentangku, tentang keegoisanku. Tapi, aku bersyukur, perasannku tidak lagi seperti dulu. Sehingga, aku harus mencari-cari terlebih dahulu dimana rasa sakit itu. 

The past can't hurt you anymore, not unless you let it.” 
Alan Moore, V for Vendetta

Teruntuk dirimu yang hanya menjadi subjek ketiga pada ceritaku malam ini, inilah aku dan masa laluku. Kamupun pasti mengerti karena kamu juga mempunyai masa lalu. Dan malam ini, melalui ceritaku, kamu bisa melihat sisi lain dari diriku. Mungkin ini akan membuatmu bertambah ragu.
Untukmu yang akhir-akhir ini menghiasi pikiranku, aku tahu kau masih memasang benteng itu. 
Ku masih menunggu. 

No comments:

Post a Comment