Teruntuk Bahagia,
Terima kasih kau telah memberiku
kesempatan, untuk dapat merasakan rasamu. Terima kasih kau telah memberiku
bayangan indah, dalam kenanganku. Terima kasih, walau tak jarang kau
bekerjasama menciptakan rasa bersama saudaramu (yang selalu tak bahagia). Dan terima
kasih untuk sempat, masih, dan semoga terus akan hadir di hidupku.
Aku ingin bercerita padamu, yang mungkin
kamupun telah tahu. Ya, disini kamu menjadi salah satu rasa yang diciptakan
dari apa yang aku alami. Entah bagaimana prosesnya, yang pasti disini, aku
tahu, itu merupakan rasa bahagia.
Dirinya, ya dia, seseorang yang tidak
sempurna yang bisa membuatku merasakan rasamu. Dirinya begitu sederhana, tapi
entah mengapa berbeda di mataku. Dirinya, yang dengan hal kecil, bisa membuat
senyumku terangkat dan perasaanku menjadi tak menentu. Bahagia, dirinya sangat
berharga untukku.
Bahagia, rasamu sudah lama timbul dalam
diriku sejak awal aku bertemu dengan dirinya. Rasamu lalu semakin tak menentu,
saat ku mengalami sesuatu hal baru dengannya. Rasamu kemudian menjadi menggebu, ketika
ku semakin dekat dengan dirinya. Salahkah ketika ku sekarang mempertanyakan,
apakah kamu sedang bekerjasama dengan rasa lainnya untuk memformulasikan apa
yang ku rasa? Lama pertanyaan itu terpendam dalam benakku. Hingga akhirnya aku
membuat kesimpulan, bahwa kau sedang bersandingan dengan rasa sayang dalam
menciptakan rasa untukku.
Aku mungkin sempat meragukan hipotesa
ku. Tak jarang aku ingin menyudahi pikiranku tentang rasamu dan rasa itu.
Dirinya tak melulu meyakinkanku, haruskah ku bertahan, atau melepaskan segala
rasaku. Sering pula ku menanyakan pada diriku, apakah aku yang membuatnya
menjadi ragu.
Bahagia, dapatkah aku meminta padamu
untuk tetap melibatkan dirinya dalam rasa yang kau ciptakan untukku? Aku tahu
mungkin terdengar sangat egois, ketika disinipun aku tak tahu apa yang dia
rasakan. Bahkan ketika aku pun juga tak tahu, bagaimana posisiku bagi dirinya
yang mungkin tak begitu berarti dibandingkan dengan dirinya bagi diriku. Namun
disini ku mengira, tak ada salahnya bila ku meminta. Walaupun nantinya,
kenyataan mungkin akan berbeda.
Bahagia, ku masih menunggu bahagia-bahagia
mu, yang semoga tentang dirinya.
*created on September 30th
No comments:
Post a Comment